Sabtu, 07 Maret 2015

hadist tentang sifat-sifat pendidik HADIST TARBAWI



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pendidik dalam islam ialah siapa saja yang bertanggung jawab terhadap anak didik terutama orang tua dan guru. Pendidik berarti juga orang dewasa yang bertanggung jawab yang memberikan pertolongan kepada peserta didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu mandiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba Allah dan khalifah Allah dan mampu melakukan tugas sebagai makhluk sosial dan sebaagai makhluk individu yang mandiri.
Dalam kehidupan sehari-hari akhlak seseorang itu sangat dibutuhkan dalam pembentukan akidah dan pencapaian ibadah yang sempurna. Untuk pencapaian ibadah yang sempurna tersebut diperlukan pembentukan dan pembinaan akhlak seseorang. Pembinaan akhlak akan berjalan dengan maksimal apabila seseorang yang dibina akhlaknya tersebut memiliki hati yang bersih dan suci.
B.     Batasan Masalah
1.      Menjealskan hadits tentang Ikhlas dalam Beramal
2.      Menjelaskan hadits tentang Tabah dan Sabar
3.      Menjelaskan hadits tentang adil
4.      Menjelakskan hadits tentang pemaaf
5.      Menjelaskan hadits tentang lemah lembut dan peyayang







BAB II
PEMBAHASAN
Hadits-Hadits tentang Sifat-Sifat Pendidik

A.    Hadits tentang Ikhlas dalam Beramal
حَدَّ ثَنَاعَبْدُاللهِ بْنُ مَسْلَمَةَ قَالَ اَخْبَرْنَا مَالِكٌ عَنْ يَحْيَ بْنِ سَعِيْدٍ بْن اِبْرَاهِيْمَ عَلْقَةَ بْنِ وَقَاصٍ عَنْ عُمَرَاَنَّ رَسُوْ لَ اللهُ ص م قَالَ الاَ عْمَالُ بِاالنِّيَةِ وَلِكُلِّ امْرِ ئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَا نَتْ هِجْرِ تُهَ اِلَى اللهِ وَ رَسُوْ لَهُ فَهِجْرَ تُهُ اِلَى اللهِ وَ رَسُوْ لَهُ  وَ مَنْ كَا نَتْ هِجْرَ تُهُ لِدُ نْيَا يُصِيُحَا اَوِ امْرَ اَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَ تُهُ اِلَى مَا هَاجَرَ اِلَيْهِ [1]                                  

Terjemahan : “Telah menceritakan ‘Abdullah bin Maslamah berkata ; telah mengabarkan Malik dari Yahya bin Sa’id dari Muhammad bin Ibrahim dari ‘Al Qamah bin Waqqas dari ‘Umar, bahwa Rasulullah SAW bersabda : “ Semua amalan tergantung niatnya. Dan bagi setiap orang, apa yang ia niatkan.Maka barang siapayang hijrah karna Allah dan RasulNya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasulnya. Dan barang siapa yang hijrahnya karna dunia atau karna perempuan yang akan dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa yang dia berhijrah kepadanya”. (HR. Bukhari)
1.      Asbab al Wurud
Rasulullah mengeluarkan hadis di atas (asbab al-wurud) nya ialah untuk menjawab) pertanyaan salah seorang sahabat berkenaan dengan peristiwa hijrahnya, Rasulullah SAW. dari Mekah ke Madinah, yang diikuti oleh sebagian besar sahabat. Dalam hijrah itu ada salah seorang laki-1aki yang turut juga hijrah. Akan tetapi, niatnya bukan untuk kepentingan perjuangan Islam, melainkan hendak menikahi seorang wanita yang bernama Ummu Qais. Wanita itu rupanya sudah bertekad akan turut hijrah, sedangkan laki-laki tersebut pada mulanya memilih tinggal di Mekah. Ummu Qais hanya bersedia dikawini di tempat tujuan hijrahnya Raulullah SAW. Yakni Madinah, sehingga laki-laki itupun ikut hijrah ke Madinah. 
Ketika peristiwa itu ditanyakan kepada Rasulullah SAW., apakah­hijrah dengan motif itu diterima (maqbul) atau tidak, Rasulullah SAW. menjawab secara umum seperti disebutkan pada hadis di atas. Berkenaan dengan niat, sebagian ulama mendefinisikan niat menurut syara', sebagai berikut:,
Artinya:
"Niat adalah menyengajakan untuk berbuat sesuatu disertai (berborengan) dengan perbuatannya.
2.      Kandungan Hadits :
Hadis ini menunjukkan bahwa sesungguhnya seseorang dengan niatnya dapat mencapai pahala yang sama dengan orang yang melakukan suatu amal meskipun ia tidak melakukan amal tersebut karena terhalang oleh suatu uzur.[2]
Ikhlas adalah ruh dan inti setiap amal, para nabi di utus untuk menda’wahkannya. Para ulama sepakat bahwa niat dalam setiap amal itu merupakan satu kemestian bagi diperolehnya pahala dari amal itu.[3] Hadits ini menegaskan bahwa diterimanya amal perbuatan manusia tergantung keikhlasan kepada Allah.
3.      Ayat Pendukung
Q.S Al-Bayyinah ayat 5
!$tBur (#ÿrâÉDé& žwÎ) (#rßç6÷èuÏ9 ©!$# tûüÅÁÎ=øƒèC ã&s! tûïÏe$!$# uä!$xÿuZãm (#qßJÉ)ãƒur no4qn=¢Á9$# (#qè?÷sãƒur no4qx.¨9$# 4 y7Ï9ºsŒur ß`ƒÏŠ ÏpyJÍhŠs)ø9$# ÇÎÈ  
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus[1595], dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus. “
Niat dalam arti motivasi, juga sangat menentukan diterima atau tidaknya suatu amal oleh Allah SWT. Shalat umpamanya, yang dianggap sah menurut pandangan syara' karena memenuhi berbagai syarat dan rukunnya, belum tentu diterima dan berpahala kalau motivasinya bukan karena Allah, tetapi karena manusia, seperti ingin dikatakan rajin, tekun, dan sebagainya. Motivasi dalam melaksanakan setiap, amal harus betul-betul ikhlas, hanya mengharapkan rida Allah saja, sebagaimana firman QS. Al-Bayyinah: 5 ini.
4.      Analisis Kependidikan
Ada beberapa pelajaran yang terdapat dalam hadits ini, yaitu:
a.       Semua amal shaleh termasuk dalam menuntut dan mengajarkan ilmu, itu disertai dengan niat yang ikhlas karena Allah. Apabila dikerjakan dengan riya’, maka niatnya hampa disisi Allah.
b.      Apabila ikhlas karena Allah dalam beramal, maka akan mendapat balasannya dari Allah.
c.       Apabila niat hanya untuk mendapatkan keuntungan dunia saja, maka hanya itulah yang diperoleh, tanpa mendapat ganjaran  pahala dari Allah.
B.     Hadits tentang Tabah dan Sabar
عَنْ أَبِي مُوسَى قَالَ سُئِلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَشْيَاءَ كَرِهَهَا فَلَمَّا أُكْثِرَ عَلَيْهِ غَضِبَ ثُمَّ قَالَ لِلنَّاسِ سَلُونِي عَمَّا شِئْتُمْ قَالَ رَجُلٌ مَنْ أَبِي قَالَ أَبُوكَ حُذَافَةُ فَقَامَ آخَرُ فَقَالَ مَنْ أَبِي يَا رَسُولَ اللَّهِ فَقَالَ أَبُوكَ سَالِمٌ مَوْلَى شَيْبَةَ فَلَمَّا رَأَى عُمَرُ مَا فِي وَجْهِهِ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا نَتُوبُ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ.[4] رواه البخارى.
Dari Abu Musa radhiallahu anhu, dia berkata, “Seseorang bertanya kepada Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam mengenai perkara yang tidak disukai beliau. Maka tatkala orang itu terrlalu banyak bertanya, Nabi menjadi marah. Kemudian beliau berkata, “Tanyakan!ah apa yang hendak kamu tanyakan.”Seorang laki-laki bertanva, “Siapakah bapakku?” Nabi menjawab. “Bapakmu, Hudzafah.” Bertanya pula yang lain, “Siapakah bapakku hai Rasulullah?” Nabi menjawab, “Bapakmu Salim, hamba sahara Syaibah.”Taikala Umar bin Khaththab,) melihat rasa kurang senang tergambar di wajah Rasululluh karena soal-soal yang tidak menentu itu. segera ia berkata, "Wahai Rasulullah SAW. ! Kami tobat kepada Allah Yang Maha Kuasa dan Yang Maha Agung.
Dalam hadis di atas dapat dipahami bahwa Rasulullah saw. juga merasa marah ketika ada hal-hal yang tidak diinginkannya ditampilkan di depannya. Dalam kasus ini, sahabat bertanya banyak tentang hari kiamat. Akan tetapi kemarahan beliau itu tidak sempat menghilangkan sifat lapangan dadanya.
Menurut Ibnu Hajar, bahwa orang yang memberi nasihat boleh menampakkan sikap marah, karena dia sebagai orang yang memberi peringatan. Begitu juga seorang guru, jika dia mencela kesalahan murid yang belajar kepadanya. Karena terkadang hal itu terpaksa dia lakukan agar si murid dapat mencrima kebenaran darinya, akan tetapi hal itu harus disesuaikan dengan keadaan psikologi masing-masing murid. [5]
Ayat pendukung
وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ ﴿١٥٥﴾
“Sungguh, akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan, berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 155)
C.    Hadits tentang Adil
حَدَّ ثَنَا سُلَيْمَانُ حَرْبٍ حَدَّ ثَنَاحَمَّادٌ عَنْ حَاجِبِ بْنِ الْمُفَضَّلِ بْنِ الْمُهَلَّبِ عَنْ اَبِيْهِ قَالَ سَمِعْتُ النَعْمَانَ بْنَ بَشِيْرٍ يَقُوْلُ قَالَ رَسُوْلَ اللهِ ص م اَعْدِ لُوْا بَيْنَ اَوْ لاَدِ كُمْ اَعْدِ لُوْا بَيْنَ اَبْنَا ئِكُمْ[6]
Telah menceritakan Sulaiman bin Harbin, menceritakan Hammad dari habib bin Al-Mufaddholi bin Al- Muhallabi dari ayahnya, berkata : saya mendengar An-Nu’man bin Basyar berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Berbuat adillah kamu diantara anak-anakmu”(HR.  Bukhari)
1.      Kandungan Hadits :
Dalam hadits  ini dengan tegas Rasulullah saw. Memerintahkan kepada para sahabat agar berlaku adil terhadap anak-anaknya.
2.      Analisis Kependidikan
Dalam konteks pendidikan, peserta didik adalah anak oleh pendidiknya. Dengan demikian, pendidik wajib berlaku adil dalam berbagai hal terhadap peserta didiknya.  Keadilan pendidik terhadap peserta didik meliputi berbagai hal seperti; memberikan perhatian, kasih sayang, pemenuhan kebutuhan, bimbingan, pengajaran dan lain sebagainya.
Seorang guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik mestilah benar-benar orang menilai segala sesuatunya dengan objektif. Tidak akan ada indikasi cemburu social yang akan timbul dalam percakapan anak didiknya. Oleh karena itu, guru memang harus menempatkan sikap adil didalam bertindak di dalam kelas.
D.    Hadits tentang pemaaf
كُنْتُ أَمْشِى مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَعَلَيْهِ بُرْدٌ نَجْرَانِىٌّ غَلِيظُ الْحَاشِيَةِ، فَأَدْرَكَهُ أَعْرَابِىٌّ فَجَبَذَهُ بِرِدَائِهِ جَبْذَةً شَدِيدَةً، حَتَّى نَظَرْتُ إِلَى صَفْحَةِ عَاتِقِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَدْ أَثَّرَتْ بِهَا حَاشِيَةُ الْبُرْدِ مِنْ شِدَّةِ جَبْذَتِهِ، ثُمَّ قَالَ يَا مُحَمَّدُ مُرْ لِى مِنْ مَالِ اللَّهِ الَّذِى عِنْدَكَ. فَالْتَفَتَ إِلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- ثُمَّ ضَحِكَ ثُمَّ أَمَرَ لَهُ بِعَطَاءٍ.

Suatu hari saya berjalan bersama  Rasulullah SAW dan diatas pundak beliau ada selendang dari kaum Najran yang bahannya agak tebal. selendang itu diketahui seorang Arab Badui, lalu dia menarik selendang itu dengan tariakn yang sangat kuat, lalu saya melihat permukaan pundak Rasulullah SAW. Nampak jelas pada pundak beliau  bekas selendang tebal itu akibat tarikannya yang sangat kuat. kemudian Arab Badui itu berkata, Wahai Muhammad SAW berikanlah padaku dari harta Allah SWT yang ada pada dirimu. lalu beliau menolehnya dan tersenyum, dan menyuruhnya untuk mengambil selendang tebal tersebut.“  
1.       Kandungan Hadits
Sungguh Rasulullah Saw selalu menanamkan sifat pemaaf dan jiwa lapang dada terhadap kaum muslimin. Kita tentunya akan mendapatkan petunjuk tarbiyah islamiyah, petunjuk Robbani. bila dihadapkan dengan situasi permusuhan atau pemutusan hubungan silaturahim, maka seseorang akan lebih menerima bila kita menerima dan menampilkan sikap mulia, memaafkan dan lapang dada. Dibanding apabila kita menghadapinya dengan sikap kasar dan kekerasan. 
2.       Ayat Pendukung
Éè{ uqøÿyèø9$# óßDù&ur Å$óãèø9$$Î/ óÚ̍ôãr&ur Ç`tã šúüÎ=Îg»pgø:$# ÇÊÒÒÈ
Ambillah maaf dan suruhlah yang ma’ruf, serta berpalinglah dari orang-orang jahil” ( QS Al A’raf: 199)

3.       Analisis kependidikan
Perlu disadari, bahwa di dunia ini tidak ada seorang pun yang tidak pernah berbuat kesalahan. Maka hal yang terbaik bagi setiap diri adalah menyedari akan kesalahan yang pernah dilakukannya, kemudian bersegera untuk memohon maaf atas kesalahannya itu.  Jika kesalahan itu terhadap Allah s.w.t., maka bersegeralah memohon keampunan-Nya. Dan jika kesalahan itu terhadap sesama manusia, maka bersegeralah meminta maaf daripadanya. Paling utama adalah jika ada yang pernah berbuat kesalahan terhadap kita, maka maafkanlah kesalahannya, sekalipun orang yang berbuat kesalahan itu tidak pernah memohon maaf daripada kita. Kerana ketahuilah, bahawa dengan begitu rahmat Allah akan senantiasa meliputi kita. Seorang guru sudah sepatutnyalah memiliki sifat pemaaf. Karena ia adalah seseorang yang bekerja sebagai pengajar dan pendidik. Jika saja guru tidak memiliki sifat sabar sudah bias dipastikan suasana belajar yang tercipta tidaklah kondusif.
E.     Hadits tentang Lemah Lembut dan Penyayang
عَنْ أَبِي سُلَيْمَانَ مَالِكِ بْنِ الْحُوَيْرِثِ قَالَ أَتَيْنَا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ شَبَبَةٌ مُتَقَارِبُونَ فَأَقَمْنَا عِنْدَهُ عِشْرِينَ لَيْلَةً فَظَنَّ أَنَّا اشْتَقْنَا أَهْلَنَا وَسَأَلَنَا عَمَّنْ تَرَكْنَا فِي أَهْلِنَا فَأَخْبَرْنَاهُ وَكَانَ رَفِيقًا رَحِيمًا فَقَالَ ارْجِعُوا إِلَى أَهْلِيكُمْ فَعَلِّمُوهُمْ وَمُرُوهُمْ وَصَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي وَإِذَا حَضَرَتْ الصَّلاَةُ فَلْيُؤَذِّنْ لَكُمْ أَحَدُكُمْ ثُمَّ لِيَؤُمَّكُمْ أَكْبَرُكُم

Terjemahannya: “Abu Sualiman Malik ibn al-Huwayris berkata: Kami, beberapa orang pemuda sebaya  datang kepada Nabi saw., lalu kami menginap bersama beliau selama 20 malam. Beliau menduga bahwa kami telah merindukan keluarga dan menanyakan apa yang kami tinggalkan pada keluarga. Lalu, kami memberitahukannya kepada Nabi. Beliau adalah seorang yang halus perasaannya dan penyayang lalu berkata: “Kembalilah kepada keluargamu! Ajarlah mereka, suruhlah mereka dan salatlah kamu sebagaimana kamu melihat saya mengerjakan salat. Apabila waktu salat telah masuk, hendaklah salah seorang kamu mengumandangkan azan dan yang lebih senior hendaklah menjadi imam.(HR. Muslim)

1.      Kandungan Hadis :

Di antara informasi yang dapat dari hadis di atas adalah: 
a.       Ada sekelompok pemuda sebaya datang dan menginap di rumah Rasulullah SAW.,
b.      Pemuda itu belajar masalah agama (ibadah) kepada Rasulullah SAW.,
c.       Rasulullah SAW. telah memperlakukan mereka dengan santun dan kasih sayang,
d.      Rasulullah SAW. menyuruh mereka mengajarkan salat kepada keluarga masing-masing seperti beliau mengajar mereka.
Di antara informasi tersebut, yang berkaitan erat dengan sub tema ini adalah beliau memperlakukan para sahabat tersebut dengan santun dan kasih sayang.[7]
Ahmad musthafa Al-Maraghi menjelaskan, andaikata engkau (Muhammad) bersikap kasar dan galak dalam muamalah dengan mereka (kaum muslimin), niscaya mereka akan bercerai (bubar) meninggalkan engkau dan tidak menyenangimu. Sehingga engkau tidak bisa menyampaikan hidayah dan bimbingan kepada mereka ke jalan yang lurus.

2.      Ayat Pendukung :
$yJÎ6sù 7pyJômu z`ÏiB «!$# |MZÏ9 öNßgs9 ( öqs9ur |MYä. $ˆàsù xáÎ=xî É=ù=s)ø9$# (#qÒxÿR]w ô`ÏB y7Ï9öqym ( ß#ôã$$sù öNåk÷]tã öÏÿøótGó$#ur öNçlm; öNèdöÍr$x©ur Îû ͐öDF{$# ( #sŒÎ*sù |MøBztã ö@©.uqtGsù n?tã «!$# 4 ¨bÎ) ©!$# =Ïtä tû,Î#Ïj.uqtGßJø9$# ÇÊÎÒÈ
 Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[246]. Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.

Dengan demikian, dikatakan sebagai seorang pendidik adalah orang yang lemah lembut perangainya, indah dan menyejukkan ucapannya. Guru yang berkepribadian seperti ini akan disayangi dan dicintai oleh anak didiknya. Mereka akan senang belajar dan terntunya akan selalu menghormati gurunya.

3.      Analisis Kependidikan :

Seorang pendidik harus memiliki rasa santun kepada setiap peserta didiknya dalam proses pendidikan. Bila tidak, maka kekasaran itu akan menjadi penghalang baginya untuk mencapai tujuan pendidikan.
Pendidik harus memiliki sifat kasih sayang kepada peserta didiknya agar mereka dapat menerima pendidikan dan pengajaran dengan hati yang senang dan nyaman. Segala proses edukatif yang dilakukan oleh pendidik harus diwarnai oleh sifat kasih sayang ini. “Guruku Idolaku”.

































BAB III
PENUTUP
  1. Kesimpulan
Pendidik merupakan orang yang akan menjadi panutan bagi peserta didiknya, maka dalam hal ini mereka harus memiliki sifat-sifat terpuji seperti yang terdapat dalam pembahasan makalah ini yaitu bersifat lemah lembut dan kasih sayang, pemaaf, adil serta tabah dan sabar. Dan seorang guru seharusnya memiliki sifat jujur dan terbuka sehingga tidak akan memberikan ilmu yang salah kepada yang lainnya.
Rasulullah merupakan suri  tauladan dengan segala kesantunan akhlaknya yang wajib ditiru oleh seorang guru. Guru hendaknya memperhatikan minat, perhatian, kemampuan dan kondisi jasmani peserta didik, agar dapat memyesuaikan cara belajar dan beban tugas yang tidak memberatkan peserta didik.
B.     Saran
Dalam upaya menyelesaikan penulisan makalah ini, penulis telah berusaha untuk melengkapi bahan materi. Namun, penulis menyadari masih adanya kekurangan dalam penulisan makalah ini. Baik dari segi materi maupun dalam penyusun makalah. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar dapat dijadikan acuan demi perbaikan makalah selanjutnya. Akhirnya penulis ucapkan selamat membaca semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca terutama bagi penulis sendiri.










DAFTAR PUSTAKA

Muhammad, Maulan Yusuf al-Khandlawi.2007. Kitab Ta’lim Muntakhab Ahadist Tuntutan sifat-sifat Mulia Para Sahabat Nabi SAW. Bandung : Pustaka Ramadhan
Aminuddin dkk.2010. Hadits-Hadits Tentang Tuntunan Hidup.Jakarta: Mitra Wacana Media.
Bukhari Umar.2011.Pendidikan dalam Perspektif Hadits.Batusangkar: STAIN Batusangkar Press
http://www.malaysiaharmoni.com/v2/index.php/kolumnis/atriza-umar/98
Shahih Bukhari. Kitab Habbah.
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar