BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidik dalam islam ialah siapa saja
yang bertanggung jawab terhadap anak didik terutama orang tua dan guru.
Pendidik berarti juga orang dewasa yang bertanggung jawab yang memberikan
pertolongan kepada peserta didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar
mencapai tingkat kedewasaan, mampu mandiri dalam memenuhi tugasnya sebagai
hamba Allah dan khalifah Allah dan mampu melakukan tugas sebagai makhluk sosial
dan sebaagai makhluk individu yang mandiri.
Dalam kehidupan sehari-hari akhlak
seseorang itu sangat dibutuhkan dalam pembentukan akidah dan pencapaian ibadah
yang sempurna. Untuk pencapaian ibadah yang sempurna tersebut diperlukan
pembentukan dan pembinaan akhlak seseorang. Pembinaan akhlak akan berjalan
dengan maksimal apabila seseorang yang dibina akhlaknya tersebut memiliki hati
yang bersih dan suci.
B.
Batasan
Masalah
1. Menjealskan
hadits tentang Ikhlas dalam Beramal
2. Menjelaskan
hadits tentang Tabah dan Sabar
3. Menjelaskan
hadits tentang adil
4. Menjelakskan
hadits tentang pemaaf
5. Menjelaskan
hadits tentang lemah lembut dan peyayang
BAB
II
PEMBAHASAN
Hadits-Hadits tentang Sifat-Sifat Pendidik
A. Hadits tentang Ikhlas dalam Beramal
حَدَّ
ثَنَاعَبْدُاللهِ بْنُ مَسْلَمَةَ قَالَ اَخْبَرْنَا مَالِكٌ عَنْ يَحْيَ بْنِ
سَعِيْدٍ بْن اِبْرَاهِيْمَ عَلْقَةَ بْنِ وَقَاصٍ عَنْ عُمَرَاَنَّ رَسُوْ لَ
اللهُ ص م قَالَ الاَ عْمَالُ بِاالنِّيَةِ وَلِكُلِّ امْرِ ئٍ مَا نَوَى فَمَنْ
كَا نَتْ هِجْرِ تُهَ اِلَى اللهِ وَ رَسُوْ لَهُ فَهِجْرَ تُهُ اِلَى اللهِ وَ
رَسُوْ لَهُ وَ مَنْ كَا نَتْ هِجْرَ تُهُ
لِدُ نْيَا يُصِيُحَا اَوِ امْرَ اَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَ تُهُ اِلَى مَا
هَاجَرَ اِلَيْهِ [1]
Terjemahan : “Telah
menceritakan ‘Abdullah bin Maslamah berkata ; telah mengabarkan Malik dari
Yahya bin Sa’id dari Muhammad bin Ibrahim dari ‘Al Qamah bin Waqqas dari ‘Umar,
bahwa Rasulullah SAW bersabda : “ Semua amalan tergantung niatnya. Dan bagi
setiap orang, apa yang ia niatkan.Maka barang siapayang hijrah karna Allah dan
RasulNya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasulnya. Dan barang siapa yang
hijrahnya karna dunia atau karna perempuan yang akan dinikahinya, maka
hijrahnya adalah kepada apa yang dia berhijrah kepadanya”. (HR. Bukhari)
1. Asbab
al Wurud
Rasulullah
mengeluarkan hadis di atas (asbab al-wurud) nya ialah untuk menjawab)
pertanyaan salah seorang sahabat berkenaan dengan peristiwa hijrahnya,
Rasulullah SAW. dari Mekah ke Madinah, yang diikuti oleh sebagian besar
sahabat. Dalam hijrah itu ada salah seorang laki-1aki yang turut juga hijrah.
Akan tetapi, niatnya bukan untuk kepentingan perjuangan Islam, melainkan hendak
menikahi seorang wanita yang bernama Ummu Qais. Wanita itu rupanya sudah
bertekad akan turut hijrah, sedangkan laki-laki tersebut pada mulanya memilih
tinggal di Mekah. Ummu Qais hanya bersedia dikawini di tempat tujuan hijrahnya
Raulullah SAW. Yakni Madinah, sehingga laki-laki itupun ikut hijrah ke
Madinah.
Ketika
peristiwa itu ditanyakan kepada Rasulullah SAW., apakahhijrah dengan motif itu
diterima (maqbul) atau tidak, Rasulullah SAW. menjawab secara umum seperti
disebutkan pada hadis di atas. Berkenaan dengan niat, sebagian ulama
mendefinisikan niat menurut syara', sebagai berikut:,
Artinya:
"Niat adalah menyengajakan untuk berbuat sesuatu
disertai (berborengan) dengan perbuatannya.
2.
Kandungan Hadits
:
Hadis ini menunjukkan bahwa sesungguhnya
seseorang dengan niatnya dapat mencapai pahala yang sama dengan orang yang
melakukan suatu amal meskipun ia tidak melakukan amal tersebut karena terhalang
oleh suatu uzur.[2]
Ikhlas adalah ruh dan inti setiap amal, para nabi di
utus untuk menda’wahkannya. Para ulama sepakat bahwa niat dalam setiap amal itu
merupakan satu kemestian bagi diperolehnya pahala dari amal itu.[3] Hadits
ini menegaskan bahwa diterimanya amal perbuatan manusia tergantung keikhlasan kepada
Allah.
3. Ayat
Pendukung
Q.S Al-Bayyinah
ayat 5
!$tBur
(#ÿrâÉDé&
wÎ)
(#rßç6÷èuÏ9
©!$#
tûüÅÁÎ=øèC
ã&s!
tûïÏe$!$#
uä!$xÿuZãm
(#qßJÉ)ãur
no4qn=¢Á9$#
(#qè?÷sãur
no4qx.¨9$#
4
y7Ï9ºsur
ß`Ï
ÏpyJÍhs)ø9$#
ÇÎÈ
“ Padahal mereka tidak disuruh kecuali
supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama yang lurus[1595], dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus. “
Niat
dalam arti motivasi, juga sangat menentukan diterima atau tidaknya suatu amal
oleh Allah SWT. Shalat umpamanya, yang dianggap sah menurut pandangan syara'
karena memenuhi berbagai syarat dan rukunnya, belum tentu diterima dan
berpahala kalau motivasinya bukan karena Allah, tetapi karena manusia, seperti
ingin dikatakan rajin, tekun, dan sebagainya. Motivasi dalam melaksanakan
setiap, amal harus betul-betul ikhlas, hanya mengharapkan rida Allah saja,
sebagaimana firman QS. Al-Bayyinah: 5 ini.
4.
Analisis Kependidikan
Ada
beberapa pelajaran yang terdapat dalam hadits ini, yaitu:
a. Semua
amal shaleh termasuk dalam menuntut dan mengajarkan ilmu, itu disertai dengan
niat yang ikhlas karena Allah. Apabila dikerjakan dengan riya’, maka niatnya
hampa disisi Allah.
b. Apabila
ikhlas karena Allah dalam beramal, maka akan mendapat balasannya dari Allah.
c. Apabila
niat hanya untuk mendapatkan keuntungan dunia saja, maka hanya itulah yang
diperoleh, tanpa mendapat ganjaran
pahala dari Allah.
B.
Hadits
tentang Tabah dan Sabar
عَنْ أَبِي مُوسَى قَالَ سُئِلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ عَنْ أَشْيَاءَ كَرِهَهَا فَلَمَّا أُكْثِرَ عَلَيْهِ غَضِبَ ثُمَّ
قَالَ لِلنَّاسِ سَلُونِي عَمَّا شِئْتُمْ قَالَ رَجُلٌ مَنْ أَبِي قَالَ أَبُوكَ
حُذَافَةُ فَقَامَ آخَرُ فَقَالَ مَنْ أَبِي يَا رَسُولَ اللَّهِ فَقَالَ أَبُوكَ
سَالِمٌ مَوْلَى شَيْبَةَ فَلَمَّا رَأَى عُمَرُ مَا فِي وَجْهِهِ قَالَ يَا
رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا نَتُوبُ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ.[4] رواه البخارى.
Dari Abu Musa radhiallahu anhu,
dia berkata, “Seseorang bertanya kepada Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam
mengenai perkara yang tidak disukai beliau. Maka tatkala orang itu terrlalu banyak bertanya,
Nabi menjadi marah. Kemudian beliau berkata, “Tanyakan!ah apa yang hendak kamu
tanyakan.”Seorang laki-laki bertanva, “Siapakah bapakku?” Nabi menjawab.
“Bapakmu, Hudzafah.” Bertanya pula yang lain, “Siapakah bapakku hai
Rasulullah?” Nabi menjawab, “Bapakmu Salim, hamba sahara Syaibah.”Taikala Umar
bin Khaththab,) melihat rasa kurang senang tergambar di wajah Rasululluh karena
soal-soal yang tidak menentu itu. segera ia berkata,
"Wahai Rasulullah SAW. ! Kami tobat kepada Allah Yang Maha Kuasa dan Yang
Maha Agung.
Dalam hadis di atas dapat dipahami bahwa Rasulullah saw.
juga merasa marah ketika ada hal-hal yang tidak diinginkannya ditampilkan di
depannya. Dalam kasus ini, sahabat bertanya banyak tentang hari kiamat. Akan
tetapi kemarahan beliau itu tidak sempat menghilangkan sifat lapangan dadanya.
Menurut Ibnu Hajar, bahwa orang yang memberi nasihat
boleh menampakkan sikap marah, karena dia sebagai orang yang memberi
peringatan. Begitu juga seorang guru, jika dia mencela kesalahan murid yang
belajar kepadanya. Karena terkadang hal itu terpaksa dia lakukan agar si murid
dapat mencrima kebenaran darinya, akan tetapi hal itu harus disesuaikan dengan
keadaan psikologi masing-masing murid. [5]
Ayat pendukung
وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَيْءٍ مِّنَ
الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ
وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ ﴿١٥٥﴾
“Sungguh,
akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan, berikanlah berita gembira kepada
orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 155)
C.
Hadits
tentang Adil
حَدَّ
ثَنَا سُلَيْمَانُ حَرْبٍ حَدَّ ثَنَاحَمَّادٌ عَنْ حَاجِبِ بْنِ الْمُفَضَّلِ
بْنِ الْمُهَلَّبِ عَنْ اَبِيْهِ قَالَ سَمِعْتُ النَعْمَانَ بْنَ بَشِيْرٍ
يَقُوْلُ قَالَ رَسُوْلَ اللهِ ص م اَعْدِ لُوْا بَيْنَ اَوْ لاَدِ كُمْ اَعْدِ
لُوْا بَيْنَ اَبْنَا ئِكُمْ[6]
Telah
menceritakan Sulaiman bin Harbin, menceritakan Hammad dari habib bin
Al-Mufaddholi bin Al- Muhallabi dari ayahnya, berkata : saya mendengar
An-Nu’man bin Basyar berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Berbuat adillah
kamu diantara anak-anakmu”(HR. Bukhari)
1.
Kandungan Hadits
:
Dalam
hadits ini dengan tegas Rasulullah saw.
Memerintahkan kepada para sahabat agar berlaku adil terhadap anak-anaknya.
2. Analisis
Kependidikan
Dalam konteks pendidikan, peserta didik
adalah anak oleh pendidiknya. Dengan demikian, pendidik wajib berlaku adil
dalam berbagai hal terhadap peserta didiknya.
Keadilan pendidik terhadap peserta didik meliputi berbagai hal seperti;
memberikan perhatian, kasih sayang, pemenuhan kebutuhan, bimbingan, pengajaran
dan lain sebagainya.
Seorang guru dalam menjalankan tugasnya
sebagai pendidik mestilah benar-benar orang menilai segala sesuatunya dengan
objektif. Tidak akan ada indikasi cemburu social yang akan timbul dalam
percakapan anak didiknya. Oleh karena itu, guru memang harus menempatkan sikap
adil didalam bertindak di dalam kelas.
D. Hadits
tentang pemaaf
كُنْتُ أَمْشِى مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله
عليه وسلم- وَعَلَيْهِ بُرْدٌ نَجْرَانِىٌّ غَلِيظُ الْحَاشِيَةِ، فَأَدْرَكَهُ
أَعْرَابِىٌّ فَجَبَذَهُ بِرِدَائِهِ جَبْذَةً شَدِيدَةً، حَتَّى نَظَرْتُ إِلَى
صَفْحَةِ عَاتِقِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَدْ أَثَّرَتْ بِهَا
حَاشِيَةُ الْبُرْدِ مِنْ شِدَّةِ جَبْذَتِهِ، ثُمَّ قَالَ يَا مُحَمَّدُ مُرْ لِى
مِنْ مَالِ اللَّهِ الَّذِى عِنْدَكَ. فَالْتَفَتَ
إِلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- ثُمَّ ضَحِكَ ثُمَّ أَمَرَ لَهُ
بِعَطَاءٍ.
“Suatu hari saya berjalan
bersama Rasulullah SAW dan diatas pundak beliau ada selendang dari kaum
Najran yang bahannya agak tebal. selendang itu diketahui seorang Arab Badui,
lalu dia menarik selendang itu dengan tariakn yang sangat kuat, lalu saya
melihat permukaan pundak Rasulullah SAW. Nampak jelas pada pundak beliau
bekas selendang tebal itu akibat tarikannya yang sangat kuat. kemudian Arab
Badui itu berkata, Wahai Muhammad SAW berikanlah padaku dari harta Allah SWT
yang ada pada dirimu. lalu beliau menolehnya dan tersenyum, dan menyuruhnya
untuk mengambil selendang tebal tersebut.“
1. Kandungan
Hadits
Sungguh Rasulullah Saw selalu
menanamkan sifat pemaaf dan jiwa lapang dada terhadap kaum muslimin. Kita
tentunya akan mendapatkan petunjuk tarbiyah islamiyah, petunjuk Robbani. bila
dihadapkan dengan situasi permusuhan atau pemutusan hubungan silaturahim, maka
seseorang akan lebih menerima bila kita menerima dan menampilkan sikap mulia,
memaafkan dan lapang dada. Dibanding apabila kita menghadapinya dengan sikap
kasar dan kekerasan.
2. Ayat Pendukung
Éè{
uqøÿyèø9$#
óßDù&ur
Å$óãèø9$$Î/
óÚÌôãr&ur
Ç`tã
úüÎ=Îg»pgø:$#
ÇÊÒÒÈ
“Ambillah maaf dan suruhlah yang
ma’ruf, serta berpalinglah dari orang-orang jahil” ( QS Al A’raf: 199)
3. Analisis kependidikan
Perlu disadari, bahwa di dunia ini tidak ada seorang pun
yang tidak pernah berbuat kesalahan. Maka hal yang terbaik bagi setiap diri
adalah menyedari akan kesalahan yang pernah dilakukannya, kemudian bersegera
untuk memohon maaf atas kesalahannya itu. Jika kesalahan itu terhadap Allah s.w.t., maka
bersegeralah memohon keampunan-Nya. Dan jika kesalahan itu terhadap sesama
manusia, maka bersegeralah meminta maaf daripadanya. Paling utama adalah jika
ada yang pernah berbuat kesalahan terhadap kita, maka maafkanlah kesalahannya,
sekalipun orang yang berbuat kesalahan itu tidak pernah memohon maaf daripada
kita. Kerana ketahuilah, bahawa dengan begitu rahmat Allah akan senantiasa
meliputi kita. Seorang guru sudah sepatutnyalah memiliki sifat pemaaf. Karena
ia adalah seseorang yang bekerja sebagai pengajar dan pendidik. Jika saja guru
tidak memiliki sifat sabar sudah bias dipastikan suasana belajar yang tercipta
tidaklah kondusif.
E. Hadits
tentang Lemah Lembut dan Penyayang
عَنْ
أَبِي سُلَيْمَانَ مَالِكِ بْنِ الْحُوَيْرِثِ قَالَ أَتَيْنَا النَّبِيَّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ شَبَبَةٌ مُتَقَارِبُونَ فَأَقَمْنَا
عِنْدَهُ عِشْرِينَ لَيْلَةً فَظَنَّ أَنَّا اشْتَقْنَا أَهْلَنَا وَسَأَلَنَا
عَمَّنْ تَرَكْنَا فِي أَهْلِنَا فَأَخْبَرْنَاهُ وَكَانَ رَفِيقًا رَحِيمًا
فَقَالَ ارْجِعُوا إِلَى أَهْلِيكُمْ فَعَلِّمُوهُمْ وَمُرُوهُمْ وَصَلُّوا كَمَا
رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي وَإِذَا حَضَرَتْ الصَّلاَةُ فَلْيُؤَذِّنْ لَكُمْ
أَحَدُكُمْ ثُمَّ لِيَؤُمَّكُمْ أَكْبَرُكُم
Terjemahannya:
“Abu Sualiman Malik ibn al-Huwayris berkata: Kami, beberapa orang pemuda
sebaya datang kepada Nabi saw., lalu kami menginap bersama beliau selama
20 malam. Beliau menduga bahwa kami telah merindukan keluarga dan
menanyakan apa yang kami tinggalkan pada keluarga. Lalu, kami memberitahukannya
kepada Nabi. Beliau adalah seorang yang halus perasaannya dan penyayang lalu
berkata: “Kembalilah kepada keluargamu! Ajarlah mereka, suruhlah mereka dan
salatlah kamu sebagaimana kamu melihat saya mengerjakan salat. Apabila waktu
salat telah masuk, hendaklah salah seorang kamu mengumandangkan azan dan yang
lebih senior hendaklah menjadi imam.(HR. Muslim)
1. Kandungan Hadis
:
Di antara informasi yang dapat dari
hadis di atas adalah:
a. Ada sekelompok
pemuda sebaya datang dan menginap di rumah Rasulullah SAW.,
b. Pemuda itu
belajar masalah agama (ibadah) kepada Rasulullah SAW.,
c. Rasulullah SAW.
telah memperlakukan mereka dengan santun dan kasih sayang,
d. Rasulullah SAW.
menyuruh mereka mengajarkan salat kepada keluarga masing-masing seperti beliau
mengajar mereka.
Di antara informasi tersebut, yang berkaitan erat dengan
sub tema ini adalah beliau memperlakukan para sahabat tersebut dengan santun
dan kasih sayang.[7]
Ahmad musthafa
Al-Maraghi menjelaskan, andaikata engkau (Muhammad) bersikap kasar dan galak
dalam muamalah dengan mereka (kaum muslimin), niscaya mereka akan bercerai
(bubar) meninggalkan engkau dan tidak menyenangimu. Sehingga engkau tidak bisa
menyampaikan hidayah dan bimbingan kepada mereka ke jalan yang lurus.
2. Ayat Pendukung
:
$yJÎ6sù 7pyJômu z`ÏiB «!$# |MZÏ9 öNßgs9 ( öqs9ur |MYä. $àsù xáÎ=xî É=ù=s)ø9$# (#qÒxÿR]w ô`ÏB y7Ï9öqym ( ß#ôã$$sù öNåk÷]tã öÏÿøótGó$#ur öNçlm; öNèdöÍr$x©ur Îû ÍöDF{$# ( #sÎ*sù |MøBztã ö@©.uqtGsù n?tã «!$# 4 ¨bÎ) ©!$# =Ïtä tû,Î#Ïj.uqtGßJø9$# ÇÊÎÒÈ
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah
Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah
mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam
urusan itu[246]. Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nya.
Dengan
demikian, dikatakan sebagai seorang pendidik adalah orang yang lemah lembut
perangainya, indah dan menyejukkan ucapannya. Guru yang berkepribadian seperti
ini akan disayangi dan dicintai oleh anak didiknya. Mereka akan senang belajar
dan terntunya akan selalu menghormati gurunya.
3.
Analisis
Kependidikan :
Seorang pendidik harus memiliki rasa santun kepada setiap
peserta didiknya dalam proses pendidikan. Bila tidak, maka kekasaran itu akan
menjadi penghalang baginya untuk mencapai tujuan pendidikan.
Pendidik harus memiliki sifat kasih sayang kepada peserta
didiknya agar mereka dapat menerima pendidikan dan pengajaran dengan hati yang
senang dan nyaman. Segala proses edukatif yang dilakukan oleh
pendidik harus diwarnai oleh sifat kasih sayang ini. “Guruku Idolaku”.
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Pendidik
merupakan orang yang akan menjadi panutan bagi peserta didiknya, maka dalam hal
ini mereka harus memiliki sifat-sifat terpuji seperti yang terdapat dalam
pembahasan makalah ini yaitu bersifat lemah lembut dan kasih sayang, pemaaf,
adil serta tabah dan sabar. Dan seorang guru seharusnya memiliki sifat jujur
dan terbuka sehingga tidak akan memberikan ilmu yang salah kepada yang lainnya.
Rasulullah
merupakan suri tauladan dengan segala
kesantunan akhlaknya yang wajib ditiru oleh seorang guru. Guru hendaknya
memperhatikan minat, perhatian, kemampuan dan kondisi jasmani peserta didik,
agar dapat memyesuaikan cara belajar dan beban tugas yang tidak memberatkan
peserta didik.
B. Saran
Dalam upaya menyelesaikan penulisan
makalah ini, penulis telah berusaha untuk melengkapi bahan materi. Namun, penulis
menyadari masih adanya kekurangan dalam penulisan makalah ini. Baik dari segi
materi maupun dalam penyusun makalah. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar dapat dijadikan acuan demi
perbaikan makalah selanjutnya. Akhirnya penulis ucapkan selamat membaca semoga
makalah ini bermanfaat bagi pembaca terutama bagi penulis sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad, Maulan Yusuf al-Khandlawi.2007. Kitab Ta’lim Muntakhab Ahadist Tuntutan sifat-sifat
Mulia Para Sahabat Nabi SAW. Bandung : Pustaka
Ramadhan
Aminuddin dkk.2010. Hadits-Hadits
Tentang Tuntunan Hidup.Jakarta: Mitra Wacana
Media.
Bukhari
Umar.2011.Pendidikan
dalam Perspektif Hadits.Batusangkar: STAIN Batusangkar Press
http://www.malaysiaharmoni.com/v2/index.php/kolumnis/atriza-umar/98
Shahih Bukhari. Kitab Habbah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar